Tulisan 4 novianti rachma 1
sa 04 15611243
karangan dengan tema cita-cita
PEMADAM KEBAKARAN
di sebuah kota ,
tinggalah anak bernama Rido yang mempunyai ayah seorang pemadam
kebakaran. Rido adalah anak yang baik dan juga rajin belajar, dia
termasuk anak berprestasi di sekolahnya. Suatu hari sang guru bahasa
indonesianya memberinya tugas untuk menulis sebuah karangan tentang
cita-citanya.
Dalam skejap suasana
kelas menjadi gaduh, termasuk teman-teman dekat rido yang ribut
membahas tentang cita-cita mereka masing-masing. “do, kamu
cita-citanya apa? Kalau aku sih pasti mau jadi kaya ayahku gambar
rumah buat orang” tanya dimas,sahabat rido . Rido hanya diam.
“ya elah masa mau jadi
tukang gambar , aku dong mau jadi direktur punya gedung tinggi”
ucap Imam.
“eh gedung itu juga
paling aku yg gambar nanti , kalau ga ada aku ga bakalan jadi
gedungnya” cibir Dimas.
Rido masih diam.
“kalau kamu mau jadi
apa do?” tanya Tara, teman satu bangkunya.
“iya do, kamu mau jadi
apa? “ tanya Dimas penasaran.
“pasti kamu mau jadi
pemadam kebakaran kaya ayah mu ya?” ujar Imam.
Rido
menggelengkan kepalanya, “ga! Aku ga mau kaya ayahku!” jawabnya
tegas.
“lho? Kenapa do? Kan keren pakai seragam merah “
ujar Imam
“oren kaliii” ujar dimas.
“ya pokoknya ada
merahnya” protes imam.
“memang kenapa do?”
tanya Tara.
“aku kesal! Ayahku
selalu saja sibuk karena ada kebakaran! Selalu saja begitu , saat aku
ulang tahun pun dia tak ada ! Menyebalkan!” ujar rido.
Semua diam mendengar apa
yang di katakan rido.
Memang benar kalau
ayahnya sangatlah sibuk hingga saat ia ulang tahun sang ayah tak
datang karena pekerjaannya.
Sang guru yang sedang
berjalan memeriksa muridnya mendengar apa yg di katakan rido, ia
tersenyum.
“kalian sudah tau apa
yg mau kalian tulis?” tanya nya.
Dimas, Tara, dan imam
langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing karena takut akan
di marahi oleh gurunya.
Rido melihat sang guru
dan menjawab nya dengan gelengan kepala.
“belum?” ucap si guru
dengan memasang wajah sedikit bingung.
Rido mengangguk.
Sang guru mengambil kursi
yg berada disebelahnya dan duduk menghadap rido, “ibu kira kamu
akan menjadi sepeti ayahmu”.
Rido menggeleng.
“kenapa?”
“dia sibuk makanya aku
tak mau “
sang guru tersenyum,
“jika di negeri ini tak ada yg ingin menjadi pemadam kebaran bisa
gawat”.
Rido menoleh, “gawat kenapa bu?”
“ya gawat , gimana
kalau ada kebakaran besar? Siapa yg mau memadamkan?” lanjut sang
guru
“ehm … warga sekitar
bu” jawabnya asal
“hahaha iya kau benar
tapikan belum tentu akan padam... gimana kalau ada yg terjebak saat
ada kebakaran? Pemadam kebakaran menyelamatkan orang-orang itu
dengan mempertaruhkan nyawanya”
Rido terdiam.
“mereka merelekan
apapun demi menyelamatkan nyawa orang, kamu ga bangga ayahmu seperti
itu?” ujar sang guru dengan senyuman.
Rido tersenyum , “iya
bu! Saya bangga! Saya mau jadi kaya ayah saya yg nyelamatin orang
kaya super hero!”.
“nah sekarang udah tau
kan kamu mau tulis apa?”
Rido mengangguk, sang
guru mengelus pelan kepala rido dan kembali ke tempat duduknya dan
rido pun mulai menuliskan cita-citanya menjadi seperti ayahnya.